Mengganti ban, entah depan atau belakang, merupakan ‘ritual’ umum yang sering dilakukan para bikers di Indonesia. Ada beragam alasan saat melakukan hal itu. Karena memang ban lama sudah waktunya ditukar dengan yang baru, bisa juga untuk memenuhi kepentingan tertentu. Tapi paling sering adalah, ban diganti karena alasan yang disebut pertama. Lalu, kapan waktu yang tepat untuk melakukan penggantian ban motor Sobat FDR?
Memang tidak ada aturan baku dan detail. Misal ditandai dengan bulan atau tahun, yang mengharuskan motormania untuk mengganti ban pada motornya. Namun, ada beberapa indikasi dan alasan yang bisa jadi pertimbangan kalau alas roda di tunggangan kesayangan ini harus segera diganti dengan yang anyar. Di antaranya, jika Sobat FDR sudah menemukan tanda-tanda seperti berikut ini:
1. Kembangan Sudah Aus
Secara kasatmata, indikasi ini sangat terlihat. Terutama pada permukaan atau tapakan ban mulai menipis. Dapat juga dilihat pada tanda segitiga atau TWI (tread wear indicator). Jika bagian ujungnya sudah ‘termakan’, meski sekilas masih ada bagian permukaan ban yang tebal (botak tidak merata), “Sebaiknya ban diganti baru. Alasannya, tentu untuk faktor keselamatan,” sebut Hasan, mekanik bengkel umum di kawasan Joglo, Jakbar.
2. Jarak Tempuh 10.000 – 12.000 km
Ada sebagian motomania yang ‘tertib’ menjadikan jarak tempuh pemakaian ban sebagai patokan untuk mengganti ban dengan yang baru. Umumnya sih, untuk ban depan disarankan jika sudah menempuh 12.000 km. Sedangkan ban belakang jika sudah diajak jalan sampai 12.000 km. Karena kalau sudah lebih dari batas jarak tersebut, kondisi ban sudah cukup punya jam terbang tinggi. “Bisa aja secara tampilan masih oke, karena karakter pengendara dan jalan yang dilalui setiap bikers berbeda. Tapi dari segi daya tahan, ban sudah kurang prima. Dikhawatirkan malah meledak saat dipakai berkendara,” sambung Hasan.
3. Saat Kenyaman Mulai Terganggu
Ban punya fungsi lain, selain menopang roda, juga sebagai peredam benturan yang ditimbulkan dari permukaan jalan yang beragam (mulus atau hancur). Hal ini sangat terasa saat riding. Terutama saat melibas jalan buruk, jika ‘bantingan’ di bagian kaki-kaki berasa keras, bisa jadi ban sudah tidak bisa bekerja maksimal. Mungkin saja, kompon sudah agak mengeras, tipis, muncul retak-retak halus yang memicu angin merembes keluar (bocor halus), sehingga ban tidak mampu meredam secara sempurna. Bahkan, dapat pula ada benang anyaman di dalam ban yang sudah mulai putus, dinding sedikit peyang hingga munculnya benjolan kecil bisa di salah satu tapakan atau malah dindingnya. Semua itu, tentu akan mempengaruhi kenyamanan berkendara.
4. Sering Kempis Sendiri
Seperti disinggung di poin nomor 3, pada masa pemakaian tertentu, pastinya struktur ban yang notabene dari karet dan campuran bahan kimia lainnya, akan berubah. Mungkin secara kasatmata tidak terlalu terlihat. Tapi lemahnya kinerja ban baru akan muncul ketika ‘dipaksa’ kerja keras, misal motor dipaksa mengangkut barang overload, rajin lewat jalan yang jelek, kurang perawatan dan lainnya. Alhasil akan memicu munculnya retakan berbentuk serabut yang halus, sehingga mengundang problem bocor halus. Saat dicek di tukang tambal ban, bisa saja lolos dari pengamatan. Tapi ujung-ujungnya, ban jadi rajin diisi angin.